Monday, July 09, 2007

Jibril Umumkan Hasil "Verifikasi" dari Langit

Jibril Umumkan Hasil 'Verifikasi' dari Langit



Cintailah Allah
Karena limpahan karunia-Nya kepadamu
Cintailah aku karena cintaku kepada Allah
Cintailah kelurgaku karena mereka mencintaiku [al-Hadits]

Makhluk berjuluk cinta, kerap digambarkan dalam beragam simbol, beraneka makna serta bermacam pendekatan. Tetapi pada jamaknya, rasa-perasaan yang berujud rasa kasih dan berbentuk rasa sayang, akan selalu menjelma dalam pesona cinta, serta yang pasti selalu mengharubiru semua anak manusia. Pada kodratnya, cinta senantiasa berkarakteristik universal, utilitarian, dan hinggap pada semua relung jiwa makhluk hidup, sebuas apa pun makhluk itu.

Bila sepasang muda-mudi sedang terhempas akibat gempuran anak panah asmara, maka dunia seakan milik berdua, aroma surga semerbak dari mulut mereka dan kata-kata yang meluncur sewangi bunga. Keadaan ini melahirkan banyak ekspresi dan juga memunculkan serangkaian paradoks kehidupan. Lihatlah! Sepasang anak manusia yang sedang dimabuk cinta. Mereka akan menganggap dunia begitu luas tak terbatas, tetapi pada saat yang lain, mereka mengangankan dunia dapat dilipat setipis selimut, hingga berupa jimpitan kecil di sudut alam khayal. Ditekuk seperti kaki dan membayangkan hidup terpencil di dunia surgaloka. Di ujung dunia lain.

Sepasang makhluk tersebut selalu menginginkan hidup berdua, tak ada seorang pun yang mengganggu, serta mengekspresikan hak dan kewajiban versi mereka sendiri. Di sini, kerap lahir pula anomali. Sebuah anomali yang tak pernah dipersoalkan, karena cinta tak pernah alpa untuk tinggal dengan masa yang berbeda pada setiap makhluk hidup. Cinta dapat melahirkan apa saja, cinta dapat pula tidak dapat melahirkan apa-apa. Inilah cinta antaranak manusia. Cinta memiliki dan menguasai siapa saja.

Tetapi, siapakah sebenarnya aktor cinta paling ulung, pencinta yang mampu membuat langit terpecah, menyebabkan segenap malaikat sibuk luar biasa dan raungan menghunjam bumi? Allah SWT! Dia-lah Dzat Yang Maha Pencinta! Konon --demikian Hadits Qudsi menceritakan-- Allah suka merindu bila lama tak bersua dengan kekasih-Nya. Syahdan pula, Dia sangat atraktif serta demonstratif jika sedang bercinta. Berbeda dengan anak manusia karena Dia memang Yang Qidam bukan yang huduts bila Allah telah menjatuhkan pilihan, menghunjamkan cinta-Nya, serta memanjakan kekasih-Nya, maka lelangit dengan tujuh lapisannya akan berderak dan meluncurkan hasil verifikasi cinta yang diumumkan oleh Malaikat Jibril AS dari sela-sela bentangan langit yang terbelah.

Untuk mengukur betapa besar rasa cinta Allah, dapat kita lihat dari bagaimana Dia memperlakukan para kekasih-Nya. Tidak seperti anak manusia yang nyaris selalu pamrih, cinta Allah menyertai kita dalam hidup hingga ke alam akhirat. Bukan sebatas badani yang kita peroleh, tetapi sekali Dia mencinta, maka Dia akan menjelma Sang Pemaaf hingga semua dosa-dosa kita akan Dia hapus. Sungguh! Kalau kurang percaya, simaklah sebuah renungan suci Alquran ini. "Katakanlah! Jika kamu [benar-benar] mencinta Allah, ikutilah aku [Muhammad] niscaya Allah mencintai serta mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Katakanlah! Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak mencinta orang-orang kafir" [QS: Ali Imron: 31-32].

Manusia yang dilanda asmara, akan marasa lebih damai jika tak ada orang lain tahu, dan suka tak berterus terang jika ditanya siapa kekasihnya. Allah, sungguh tak pernah malu-malu kalau sedang bercinta. Dia akan senang kalau nama sang kekasih disebut-sebut. Dia juga akan mengajak semua makhluk hidup untuk mencurahkan rasa kasih dan sayangnya kepada kekasih Allah. Dia menugaskan para malaikat menjaganya, memerintahkan angin menyelimutinya jika panas dan menebarkan kepadanya aroma surga. Sang kekasih akan dijaga dari segala macam sikap hidup yang tidak baik serta akan selalu diberi petunjuk agar tidak menjauhi-Nya. Dia bahkan mengaku tidak suka ditinggalkan berlama-lama.

Lantas siapakah kekasih-Nya yang Dia tulis dalam kitab-kita suci-Nya? Tak pelak, dialah Baginda Muhammad Habibullah, kekasih-Nya yang paling nyata. Bila umat Islam menyebut nama Muhammad --dalam shalawat-- sekali saja, maka Allah akan membalasnya dengan sebutan serupa sebanyak sepuluh kali ditambah pula dengan ragam hadiah yang bakal kita terima di dunia dan di akhirat kelak. Begitulah jumlah seterusnya dengan angka kelipatan.

Dalam sebuah Hadits Qudsy yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Allah, bila mencinta seorang hamba, Dia akan memanggil malaikat Jibril AS lalu berfirman; Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia! Malaikat Jibril pun mencintainya dan menyeru dari batang arasy ke langit dunia, katanya, Allah mencinta si Fulan, kalian semua cintailah dia. Maka penghuni langit pun mencintainya." Rasulullah melanjutkan, "Kemudian diletakkan penerimaan baginya di dunia."

Karena Maha Tahu, maka Allah SWT dengan amat mudah dapat membedakan hamba yang benar-benar mencintai-Nya dengan hamba yang cuma pura-pura cinta karena pamrih. Bagi para sufi, Allah menjadi puncak segala harapan. "Ilaahi Anta Maqshuudii Wa Ridlaaka Mathluubii." Ada yang mengharap cinta-Nya karena rasa takut [khouf] dan penuh harap [rojaa'] seperti Hasan al-Bashri, ada pula yang mencinta-Nya karena keindahan Allah seperti Jalaluddin ar-Rumi. Ada juga yang menyatakan cintanya begitu yakin fana' dalam Allah layaknya Abul al-Manshur al-Hallaj. Ada pula yang mencintai-Nya karena hanya Dialah Sang Kekasih seperti wanita sufi Rabi'ah al-Adawiyah.

Jika cinta penuh pura-pura, maka Allah akan meninggalkanya. Dia akan berkata, "Kau berbohong kepada-Ku!" Sebuah hadits lain yang dikutip sufi besar Ibnu Arabi dalam buku Misykatul Anwar, Ia berfirman "Berbohonglah orang yang mengaku cinta kepada-Ku tetapi tidur dari pada-Ku. Bukankah setiap kekasih menutut untuk menyendiri bersama yang dicinta? Aku ini mengenal benar para kekasih-Ku. Mereka selalu membayangkan diri-Ku di pelupuk mata mereka, berbicara kepada-Ku di alam nyata, dan berdialog dengan-Ku dengan kehadiran-Ku. Esok hari, akan Aku binarkan mata mereka di kebun-kebun-Ku."

Di antara kita boleh jadi banyak yang mengaku cinta Allah tetapi jauh dari tulus. Begitu malam tiba dan gelap menyelimuti semesta, sejatinya Allah tengah bersemayam di langit dunia menunggu kehadiran para kekasih-Nya. Anehnya, kita justru tidur lelap seperti bangkai, membiarkan Allah berada dalam penantian. Ke manakah kita saat Dia memanggil, menunggu waktu bercengkerama? Kalau terlalu capai memikirkan kehidupan yang serba berat, kenapa kita tidak mengadukan kepada-Nya? Mengapa kita langsung bergegas, begitu terdengar suara pimpinan di kantor karena khawatir dinilai tidak loyal dan tidak berdedikasi? Tetapi, kenapa kita lebih tidak siap menerima pemecatan dari atasan ketimbang pemecatan dari Allah SWT? Na'udzubillaahi Min Dzaalik!!!

Kita sering lupa, Dia telah memberikan segalanya. Permohonan kita selalu turun-temurun, dan terkabul pula secara turun-temurun hatta ketika kita tengah melupakan-Nya. Tak ada kekasih yang melebihi Allah. Tak ada kekasih yang memberikan segalanya kecuali Allah Yang Maha Pencinta. Di cermin mata kita, yang tergambar masih sebatas kecintaan badaniah-material. Istri dicinta, anak disayang, orang tua dihormati, karena sudah terbiasa dekat di mata. Istri memberikan kasih sayang, anak memberikan kebanggaan dan orang tua memberikan kehormatan.

Lantas, sadarkah kita bahwa Dia-lah yang telah memberikan orang tua, istri, anak-anak kepada kita, bukan sebatas kasih sayang, kebanggaan dan kehormatan! Kalau istri kita cantik, anak kita molek dan orang tua kita mulia, maka Allah jauh Maha Cantik, Maha Moleh dan Maha Mulia. Songsonglah Dia yang dalam jarak jauh dan dekat selalu menanti kita. Kita berjuang hingga keringat mengucur deras, tenaga terkuras dan pulang dengan rambut kusut masai untuk mencari rezeki, tetapi kita lupa kepada Sang Pemilik Rejeki. Sadarilah, kita baru pada maqam terendah, yang setiap kali berdoa selalu minta limpahan harta dan jarang sekali langsung memohon kasih dan sayang serta kasih-Nya.

Padahal, kalau Dia sayang, kasih dan cinta kepada kita, apa yang tidak bisa kita minta dari-Nya? Boleh jadi, tanpa diminta sekalipun, Dia akan menghujani kita beragam anugerah. Laksana sepasang remaja yang berjanji memberi apa saja kepada kekasinya. Sumpahnya; ingin menyeberangi samudera, menggapai rembulan dan memetik matahari, jika kekasihnya meminta. Bukankah kekasih ada pemiliknya? Bukankah istri juga ada penciptanya? Bukankah suami kita adalah milik Allah dan bukankah anak yang ada pada kita adalah yang kita minta kepada Allah?

Bagaimana merajut cinta dan memendam rindu dapat kita lakukan bersama Dia? Alqur'an dan al-Hadits memberikan jalan untuk itu, seperti yang termaktub di ujung atas tulisan ini. Tinggal bagaimana kita mematuhi hak dan kewajiban kita sebagai hamba sejujur-jujurnya, seikhlas-ikhlasnya, dan setulus-tulusnya. Tak ada kata lain dan tak ada dzat yang paling pantas kita cinta kecuali Allah, Baginda Rasul dan keluarganya. Bila kita cinta Dia, maka seluruh penghuni langit dan bumi akan memperlakukan kita sebagai kekasih mereka sendiri. Wallaahu A'lamu Bish Showaab.

1 Comments:

At 4:12 PM, Blogger Muhammad Makmun Rasyid said...

Assalamu'alaikum
Saya mohon artikel ini disertakan penulisnya, KH. Hasyim Muzadi. Agar orang yang baca tidak menyangka itu tulisan Anda. Anda bisa dikategorikan plagiarism. Terima kasih

 

Post a Comment

<< Home